Seorang insinyur Inggris berharap dengan mengerahkan teknologi abad ke-21, ia akan bisa menguak harta "jarahan dari Lima" bernilai jutaan pound sterling yang lolos didapatkan para petualang pemberani sebelumnya.
Shaun Whitehead, nama insinyur itu, mengepalai sebuah tim ekspedisi arkeologi untuk menguak harta karun yang terpendam di Pulau Cocos di Pasifik yang nilainya diperkirakan mencapai 160 juta pound sterling atau setara Rp2,358 triliun.
Harta jarahan itu diduga terdiri atas 113 patung ritual yang terbuat dari emas, 200 peti berisi perhiasan, 273 pedang bertahtakan batu mulia, 1.000 berlian, mahkota dari emas, 150 cangkir berbentuk piala, serta ratusan batang emas dan perak.
Namun, untuk menemukan harta menggiurkan itu bukan perkara mudah bagi Whitehead dan 15 tim peneliti dari University of Costa Rica dan Senckenberg Institute.
Selama hampir dua abad, para pencari harta karun dan petualang ternama gagal menemukan harta tersembunyi itu di pulau tak berpenghuni, yang terletak 350 mil lepas pantai Kosta Rika.
Misalnya, di era depresi Amerika Serikat pada pemerintahan Franklin Roosevolt aktor laga Australia, Errol Flynn dan pembalap Sir Malcolm Campbell termasuk dalam daftar orang-orang yang mencari harta itu di abad ke-20. Namun, keduanya gagal total.
Sementara, petualang asal Jerman, August Gissler yang tinggal hampir dua dekade di pulau itu, dengan niat menemukan harta karun tersebut, hanya bisa mendapatkat enam koin emas.
Belajar dari pengalaman mereka yang gagal, Whitehead berharap peralatan canggih bisa menguak di mana pelaut Inggris, Kapten William Thompson mengubur harta pada tahun 1820.
Heli tanpa awak dan robot
Tim yang dipimpinnya berencana menggunakan helikopter tanpa awak berukuran kecil, yang dilengkapi kamera khusus, terbang mengelilingi pulau seluas sembilan mil persegi itu, untuk membuat peta 3D lanskap dengan bantuan komputer.
Lalu, sebuah robot mirip ular akan merayap di sejumlah titik yang berpotensi menjadi lokasi penguburan harta karun, untuk mendeteksi rongga hingga kedalaman 60 kaki atau 18,2 meter. Informasi yang didapat robot tersebut akan dikombinasikan dengan peta untuk mengindentifikasi keberadaan gua bawah tanah.
Belum selesai sampai di situ, setelah diperoleh sejumlah titik, bor mirip lubang kunci akan dikirim ke dalam tanah hingga kedalaman 100 kaki atau 30,48 meter. Lalu, kamera selebar 1 inchi menyusul dikirim, untuk bertindak sebagai mata dalam pencarian di bawah tanah itu.
Ekspedisi selama 10 hari itu juga akan melibatkan sejumlah peneliti dari ekologi, arkeologi, dan geologi. Whitehead ingin menunjukkan, apa yang dilakukan timnya tak hanya sekedar mencari harta.
Kisah pembajakan harta Kapten Thompson dijadikan pedoman. "Dengan harta sebanyak itu, niscaya akan terlalu berat untuk dibawa jauh dari permukaan laut. Berdasarkan cerita yang kami dengar, diduga mereka menggunakan gua untuk menyimpannya. Kami juga menyingkirkan lokasi di mana pencari yang lain telah menggalinya atau berusaha mendeteksinya, misalnya di sepanjang pantai."
Whitehead menambahkan, jika harta itu benar adanya, maka kemungkinan ia disimpan dalam gua alami yang telah terkubur oleh sekian banyak longsor yang terjadi di pulau tersebut. "Ini tidak seperti mencari tanda "X" dalam peta. Tapi bagaimana menggunakan logika untuk menentukan titik-titik di mana harta itu mungkin disimpan."
Selain kisah harta karun, Pulau Cocos juga menjadi inspirasi bagi penulis terkenal, Robert Louis Stevenson. Dari sana ia menghasilkan dua novel, yakni "Treasure Island" dan "Jurassic Park" yang diangkat dalam film layar lebar, dan laris manis.
Pulau indah nan kaya akan satwa liar yang dijuluki "Surga Pasifik" masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Butuh waktu 18 bulan bagi Whitehead untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah Kosta Rika demi mendapat izin dan memulai misi pertama di pulau itu dalam 25 tahun. Pencarian akan dimulai pada November 2012, setelah musim hujan berakhir.
Harta apapun yang ditemukan akan diserahkan pada pemerintah Kosta Rika, dengan harapan mereka nantinya yang akan membayar semua biaya pencarian.
Asal-usul harta
Harta karun itu semula disimpan oleh bangsa Spanyol di Lima, kini ibu kota Peru. Namun, saat revolusi pecah, Jose de la Serna meminta Kapten Thompson memindahkan harta berharga itu ke koloni Spanyol di Meksiko.
Namun, setelah meninggalkan Pelabuhan Callao di Mary Dear, Thompson membunuh enam orang suruhan raja muda itu, lalu memutar kemudinya menuju Pulau Cocos.
Di sana mereka mengubur harta tersebut, dan berniat akan mengambilnya suatu saat. Namun, mereka keburu ditangkap oleh kapal perang Spanyol. Thompson dan wakilnya divonis mati atas tuduhan pembajakan harta.
Untuk menyelamatkan nyawa keduanya, mereka diminta menunjukkan pada tentara Spanyol letak harta itu, namun sesampainya di Pulau Cocos, mereka melarikan diri.
Alkisah, Thompson dan wakilnya diselamatkan kapal yang melintas setahun kemudian, tanpa membawa harta sama sekali.
Artikel ini diambil dari
http://forum.viva.co.id/sosial-dan-budaya/671515-misteri-harta-karun-rp2-3-t-pulau-cocos.html
0 Response to " Misteri Harta Karun Rp. 2,3 T Pulau Cocos"
Post a Comment